Artwork

内容由Leila Chudori提供。所有播客内容(包括剧集、图形和播客描述)均由 Leila Chudori 或其播客平台合作伙伴直接上传和提供。如果您认为有人在未经您许可的情况下使用您的受版权保护的作品,您可以按照此处概述的流程进行操作https://zh.player.fm/legal
Player FM -播客应用
使用Player FM应用程序离线!

In Conversation with Warih Wisatsana

1:01:46
 
分享
 

Manage episode 312278066 series 3231721
内容由Leila Chudori提供。所有播客内容(包括剧集、图形和播客描述)均由 Leila Chudori 或其播客平台合作伙伴直接上传和提供。如果您认为有人在未经您许可的情况下使用您的受版权保护的作品,您可以按照此处概述的流程进行操作https://zh.player.fm/legal

“……Tubuh perempuan terkasih dalam lukisanmu

Yang tak kunjung selesai meluapkan hidup

Hijau sehijau belantara, biru sebiru hampa angkasa

Di mana segalanya mungkin bermula

Sebelum jagat raya tercipta sebatas cerita…….”

(“Bersama Hendra Gunawan ke Trunyan”, Warih Wisatsana)

Cuplikan puisi karya penyair Warih Wisatsana ini diciptakan tahun 2015. Tetapi ide itu lahir tahun 1984 ketika Warih mengunjungi Taman Budaya Bali dan pertama kali ‘berkenalan’ dengan warna warni sang maestro pelukis Hendra Gunawan.

Menurut Warih, lukisan karya Hendra menorehkan puisi di atas kanvas itu terus menerus membayangi-bayanginya. Lukisan itu menyentuh hingga bawah sadar Warih tentang bagaimana orang mati di pekuburan Trunyan, dengan ritualnya di masa Bali pra Hindu yang menyebabkan mayat -mayat itu tetap mewangi. Dari lukisannya itu, bagi Warih, Hendra mengungkapkan dalam lukisan dan puisi yang berkata "...kalian(mayat) yang terbaring di tanah Trunyan masih tetap mewangi, kami yang hidup, belum mati tapi sudah berbau." Maka jadilah puisi “Bersama Hendra Gunawan ke Trunyan” sebagai bagian dari kumpulan puisi “Batu Ibu” (Kepustakaan Populer Gramedia, 2019).

Tigapuluhtujuh puisi dalam kumpulan ini akan menjadi pintu masuk pembahasan podcast “Coming Home with Leila Chudori” Episode “In Conversation with Warih Wisatsana”. Ikuti obrolan dengan penyair yang juga kerap menjadi kurator festival sastra dan seni rupa, termasuk Emerging Writers @Ubud WritersFestival ini.

  continue reading

68集单集

Artwork
icon分享
 
Manage episode 312278066 series 3231721
内容由Leila Chudori提供。所有播客内容(包括剧集、图形和播客描述)均由 Leila Chudori 或其播客平台合作伙伴直接上传和提供。如果您认为有人在未经您许可的情况下使用您的受版权保护的作品,您可以按照此处概述的流程进行操作https://zh.player.fm/legal

“……Tubuh perempuan terkasih dalam lukisanmu

Yang tak kunjung selesai meluapkan hidup

Hijau sehijau belantara, biru sebiru hampa angkasa

Di mana segalanya mungkin bermula

Sebelum jagat raya tercipta sebatas cerita…….”

(“Bersama Hendra Gunawan ke Trunyan”, Warih Wisatsana)

Cuplikan puisi karya penyair Warih Wisatsana ini diciptakan tahun 2015. Tetapi ide itu lahir tahun 1984 ketika Warih mengunjungi Taman Budaya Bali dan pertama kali ‘berkenalan’ dengan warna warni sang maestro pelukis Hendra Gunawan.

Menurut Warih, lukisan karya Hendra menorehkan puisi di atas kanvas itu terus menerus membayangi-bayanginya. Lukisan itu menyentuh hingga bawah sadar Warih tentang bagaimana orang mati di pekuburan Trunyan, dengan ritualnya di masa Bali pra Hindu yang menyebabkan mayat -mayat itu tetap mewangi. Dari lukisannya itu, bagi Warih, Hendra mengungkapkan dalam lukisan dan puisi yang berkata "...kalian(mayat) yang terbaring di tanah Trunyan masih tetap mewangi, kami yang hidup, belum mati tapi sudah berbau." Maka jadilah puisi “Bersama Hendra Gunawan ke Trunyan” sebagai bagian dari kumpulan puisi “Batu Ibu” (Kepustakaan Populer Gramedia, 2019).

Tigapuluhtujuh puisi dalam kumpulan ini akan menjadi pintu masuk pembahasan podcast “Coming Home with Leila Chudori” Episode “In Conversation with Warih Wisatsana”. Ikuti obrolan dengan penyair yang juga kerap menjadi kurator festival sastra dan seni rupa, termasuk Emerging Writers @Ubud WritersFestival ini.

  continue reading

68集单集

ทุกตอน

×
 
Loading …

欢迎使用Player FM

Player FM正在网上搜索高质量的播客,以便您现在享受。它是最好的播客应用程序,适用于安卓、iPhone和网络。注册以跨设备同步订阅。

 

快速参考指南

边探索边听这个节目
播放